Berenang Bersama Ubur-ubur di Danau Kakaban

Untuk urusan ubur-ubur, kita boleh bangga. Di dunia ini, ubur-ubur yang tak beracun hanya bisa ditemukan di dua tempat. Pertama, di Danau Kakaban dan satu lagi di Palau, Kepulau Mikronesia. Keduanya danau berair payau. Pulau Kakaban kini menjadi salah satu unggulan pariwisata Kalimantan. Berenang dengan ubur-ubur menjadi salah satu magnet penarik wisatawan, baik wisnu (wisatawan nusantara) maupun wisman (wisatawan mancanegara).

Ubur-ubur di Danau Kakaban

Danau Kakaban, Kepulauan Derawan Kalimantan Timur

Danau Kakaban, terletak di Pulau Kakaban yang tak berpenghuni. Untuk mencapainya, kita harus masuk melalui gerbang Pulau, kemudian mendaki dan menuruni tangga dari kayu ulin yang khusus dibuat Pemerintah Daerah untuk memudahkan wisatawan.

Berbagai literarur menyebutkan, Danau Kakaban merupakan danau purba yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu. Pada mulanya, gugusan karang, biasa disebut atol terhampar di dasar danau.

Selama beribu-ribu tahun, sedikit demi sedikit terjadi proses pengangkatan, karang itu naik di atas permukaaan laut, membentuk dinding yang membentengi wilayah tersebut.

Air laut pun terperangkap di area seluas lima kilometer persegi tersebut. Dengan penambahan curah hujan, dan rembesan air tanah secara perlahan-lahan laut yang asin itu tertawarkan.

Makluk hidup di sana pun berevolusi mengikuti perubahan ekosistem agar bisa bertahan hidup, termasuk ubur-ubur. Perangkat organ penghasil racunnya yang biasa ditemukan ubur-ubur yang hidup di pekatnya garam air laut, akhirnya tanggal.

Berenang Bersama Ubur-ubur di Danau Kakaban

Danau Kakaban memiliki koleksi ubur-ubur yang lebih kaya dibandingkan di Palau, Kepulau Mikronesia. Jika Palau hanya punya dua jenis, di Danau Kakaban ada empat. Yaitu, Cassiopeia ornata, Mastigias papua, Aurelia aurita dan Tripedalia cystophora. Dari keempatnya, Cassiopeia paling-paling atraktif.

Saya lebih suka menyebutnya “Ubur-ubur akrobat”. Jika yang lain menghela tubuhnya dengan tertelungkup, si Cassiopea berenang dengan kaki di atas. Jadi, seperti payung terbalik. Si akrobat ini kerap ditemukan berbaring di dasar danau yang dangkal untuk mendapatkan sinar matahari untuk memproses makanan.

Namun, meski sudah browsing berjam-jam dan mengunyah lusinan artikel, hati tetap sangsi. Bagaimana bisa berenang dengan ubur-ubur? Otak sudah terlanjur menggandengkan kata ubur-ubur dengan racun. Tak sekadar bikin bentol, tapi juga membuat mata ogah terpejam. Kulit yang tersengat, sudah gatal, perih dan pedih pula.

Saat kawan-kawan lain nyebur ke danau, saya hanya mematung di ujung dermaga kayu yang luasnya tak seberapa itu. Untunglah, seorang teman mendorong tubuh saya. Jika tidak, saya lebih memilih
balik kanan dan tetap dengan pikiran bahwa ubur-ubur itu binatang beracun dimana pun dan sampai kapan pun

Setelah tercebur, kepalang basah. Tangan saya mulai mengayuh, sambil mematut peralatan snorkeling. Satu dua ubur-ubur mulai mendekat, sampai akhirnya tubuh saya seperti dipagari ubur-ubur. Tentakelnya mulai terasa mengelus kulit. Lembut. Jika ingin lebih merasakan sentuhannya, kita harus mengikuti geraknya, seperti pedansa pria mengikuti gerakan pasanganya di lantai dansa.

Kalau ubur-ubur beracun, biasanya setelah nempel, badan langsung gatal. Tapi di Kakaban ini, setelah sekian lama ditunggu, ternyata baik-baik saja. Perlahan, saya mulai mengamini, memang ada ubur-ubur yang tak menyengatkan racun.

 

Diving di Pulau Kakaban Kepulauan Derawan

Pulau Kakaban salah satu favorit diver. Di sana, para penyelam dengan mudah bercengkrama dengan rombongan barracuda yang jumlah bisa mencapai ribuan, atau melihat hiu jenis white strip, berukuran 2 sampai 3 meter. Itu hiu jinak selama kita menyelamnya tidak mengganggu.

Di sana juga ada spot penguji nyali yang disebut jalur “cave dive”. Di sisi sebelah Barat Pulau Kakaban, ada gua dengan kedalaman 45 meter, keluarnya langsung ke laut lepas. Namun saat menyelam harus didampingi dive master. Selain itu lisensi menyelam juga mutlak dibutuhkan.

Namun, snorkeling di Kakaban saja pasti puas jika tidak bisa menyelam di jalur “cave dive”, karena Pulau Kakaban, selain berpasir putih, juga berkarang indah. Mata benar-benar terbuai dengan ikan warnawarni yang berlompatan dari sela-sela karang.

Kalau belum puas, Anda bisa melanjutkan memanjakan mata di Pulau lain yang jaraknya tak terlampau jauh dari situ. Ada pulau Sangalaki. Di situ, Anda bisa menyaksikan kepakan ikan
manta, pari raksasa yang lebar tubuhnya mencapai dua meter berlebih.

Di situ juga, biasa disaksikan penyu bertelur. Pulau Sangalaki termasuk kawasan konservasi Penyu. Cuma, karena kawasan konservasi untuk masuk ke situ harus ada Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi.

Pulau Kakaban dan Pulau Sangalaki merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Derawan. Secara Geografis terletak di Laut Sulawesi, pada pesisir Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menghadap ke mulut muara Sungai Kelai dan dikenal dengan Delta Berau.

 

Berenang bersama ubur-ubur di Kakaban – Perjalanan Wisata Lokal

Recommended For You

About the Author: Wisatasiana

Sekedar berbagi kisah perjalanan wisata dan informasi tentang pariwisata secara umum

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *